Sebuah Transformasi


Hampir seminggu saya tidak sempat menulis di blog, sebenarnya sudah ada beberapa judul yang sudah tertulis di whiteboard kamar, tapi belum sempat menulis 🙂

Setiap haripun email (new post) dari teman-teman narablog mulai memenuhi inbox email saya. Sampai malam ini ada 132 email new post belum terbaca 😦 .  Anehnya saya ingin membaca semua new post tersebut. Saya merasa tulisan dari teman-teman semua adalah sesuatu yang sangat berharga, ditengah kesibukan yang menyita waktu kita menulis. Yang mungkin waktu itu bisa menghasilakan uang misalnya kita lebih suka untuk  menulis maka bukankah tulisan kita memiliki value (nilai) jika dikonversikan dengan mata uang.

Postingan ini berjudul sebuah transformasi, tentang apa yang telah saya lakukan untuk orang lain, dengan mentransformasikan diri kita kepada orang lain. Melihat kebawah dimana telapak kakiku telah berpijak, apakah yang telah aku jejakkan di tanah yang basah ini. Apapun yang kita lakukan akan mempunyai dua efek bagi orang lain, bermanfaat atau malah merugikan, sebagaimana dengan apa yang kita lakukan tidak lepas dari dua sifat, sibuk dalam kebaikan atau dalam keburukan, jika sekarang kita tidak disibukkan dengan kebaikan niscaya kita akan tersibukkan dengan keburukan. Naudzubillah.semoga kita selalu dihindarkan dari ke-futur-an (keadaan dimana keimanan kita berada pada titik bawah atau kemalasan).

Dalam keseharian kita terlalu disibukkan dengan kepadatan aktivitas, bekerja, belajar dan bersosialisasi dengan sedikit sekali kita bisa mengambil sebuah makna dari apa yang kita kerjakan. Saat kita mengerjakan sesuatu tanpa mengetahui apa dan untuk apa sebernanya tujuan kita maka tiada suatu keikhlasan dalam amal perbuatan kita, alhasil sebuah keterpaksaan menyebabkan sebuah pekerjaan yang tidak maksimal. Jika kita memang pasrah, misalnya menerima sebuah amanah  maka bebarengan dengan itu mungkin akan timbul sebuah kebingungan di tengah-tengah melanjutkan amanah tersebut jika atanpa adanya transformasi yang jelas terkait sebuah tujuan yang mendasar yang harus dilakukan. Maka disini pentingnya sebuah transformasi dari apa-apa yang telah kita lakukan, apa yang dapat kita tinggalkan. Bukan hanya sekedar program kerja dan program kerja ataupun sebatas grand design beserta visi-misi akan tetapi yang lebih penting dari itu semua adalah sebuah transformasi dari makna-makna yang telah kita dapat dari pengalaman kita lakukan dalam suatu lini dakwah.

Maka bukan hanya kepadatan aktivitas atau runtutan tuntutan agenda yang harus dilakukan akan tetapi yang lebih penting adalah pemahaman makna-makna, tujuan ataupun esensi dalam beramal. Yang demikian dapat menimbulkan semangat yang mendalam, keikhlasan, kemantapan dan kekuatan untuk tetap mempertahankan sebuah tujuan mulia dari pada hanya mempertahankan sebuah agenda yang hanya diwariskan tanpa mengetahui esensinya. Sebuah tranformasi yang akan mewariskan sebuah pemahaman sudah selayaknya di pinggul oleh pundak-pundak pemimpin. Pemimpin tidak hanya bertanggung jawab terhadap progam kerja yang telah disusun hanya sebatas agenda akan tetapi seorang pemimpin secara otomatis akan berhubungan dengan kondisi personal dari pada prajuritnya.

Tidak hanya dalam kegiatan dakwah, di keseharian kita senantiasa kita hanya mengedepankan melakukan sesuatu hanya sebatas tuntutan. Tuntutan kuliah, tuntutan pekerjaan, ataupun tuntutan beragama, alangkah indahnya jika kita melakukan semua aktifitas kita dengan memahami segala tujuan hakiki dari apa yang kita lakukan. Sehingga saat kita senang maka disaat itu kita senang melakukannya.

Oleh karena itu saya ingin selalu berbagi, mentransformasikan apa yang saya pahami, jika mungkin itu disebut dengan sebuah ilmu. Ingin selalu memberi dengan apapun yang bisa kita lakukan untuk orang lain. Sekecil apapun, hanya sekedar tulisan ataupun pemikiran. Semoga kita senantiasa diberi keikhlasan dan keistiqomahan. Karena Allah yang menggenggam hati-hati kita dan dapat membalikkan hati ini semudah membalikkan tanganNya.

42 tanggapan untuk “Sebuah Transformasi

  1. Futur alias lelah karena beraktifitas kebaikan saya rasa itu wajar,
    namanya juga manusia pasti ada lelahnya, kalau malaikat memang mereka
    “laa yafturuun..” tidak pernah futur..
    mungkin hebat juga kalau manusia tidak pernah futur, kalau menurut saya
    futur boleh saja, tapi yang sedang2 saja, hehehe..
    maksudnya tidak berlarut-larut…
    (tapi itu yang susah yah…?)

  2. Alhamdulillah saya nggak pernah melakukan sesuatu secara terpaksa 🙂

    Paling2 di paksa………itu yg baru terpaksa, heee

    Berbagi memang tak pernah rugi, kok.
    Pertama bermanfaat untuk diri sendiri dan yang kedua untuk orang lain.

    Salam sayang!

  3. zaman cyber kitapun dituntut untuk kreatif dalam saling berbagi ilmu dan kebaikan, jika dulu dakwah pake pengeras suara, ya sekarang kita harus ikuti perkembangan zaman.. dakwah online

    Salam kenal

  4. berbagi memang sangat indah, walaupun mungkin yg mampu kita bagikan hanyalah hal kecil dan sedikit pula.
    semoga semangat berbagi ini selalu ada diantara kita para nara blog ya Tetik 🙂
    salam

  5. wah…maaf mbak tetik..
    sudah lama baca tulisan ini tapi belum sempat meninggalkan jejak..

    terimakasih tulisan semangat nya..
    dan satu kata yang sil simpulkan bahwa mbak tetik adalah aktivis sejati..
    salam sayang dari bandung…

Tinggalkan Balasan ke hudaesce Batalkan balasan